PENERAPAN KEYAKINAN KELAS/ BOX ALAT SWALAYAN KELAS XII TITL SMK NEGERI 1 MAMUJU
Keyakinan kelas adalah nilai-nilai
kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari
latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Nilai-nilai Kebajikan
bahwa menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari
dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan
keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis
tanpa makna. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti
sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa nilai-nilai
kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi tidak
tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar mengikuti serangkaian
peraturan-peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya.
Nilai kebajikan yang dtanamkan dalam
diri para siswa akan menjadi motivasi intrinsik bagi mereka untuk melaksanakan
kesepakatan kelas dengan tidak merasa terpaksa dan terbebani melakukan
kesepakatan tersebut. Nilai-nilai kebajikan yang akan ditanamkan membutuhkan
pembiasaan dari setiap siswa secara terus menerus dan tentu dipantau oleh guru
yang bertanggung jawab terhadap kelas atau pelajaran yang diajarkan. Jika sudah
terbentuk pembiasaan maka dengan sendirinya keteladanan akan muncul, dan bisa
menjadi contoh yang baik bagi siswa dari kelas lain untuk diikuti.
Mengapa Keyakinan Kelas yang dipilih
untuk menjadi topik bahasan?
- Keyakinan kelas bersifat lebih
‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
- Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal.
- Pernyataan keyakinan kelas
senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
- Keyakinan kelas hendaknya tidak
terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga
kelas.
- Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu
yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
- Semua warga kelas hendaknya ikut
berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah
pendapat.
- Bersedia meninjau kembali
keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Latar belakang pemilihan judul Box
Alat Swalayan untuk dijadikan suatu keyakinan kelas:
Pada umumnya SMK di Kabupaten Mamuju
belum dilengkapi dengan tenaga teknisi dan laboran untuk melayani siswa dalam
menyediakan dan merawat alat praktik sehingga guru kejuruan selain berfungsi
sebagai instruktur maka juga berfungsi sebagai tenaga laboran sekaligus teknisi
bengkel. Hal ini juga saya alami selaku guru Kompetensi Keahlian Teknik
Instalasi Tenaga Listrik (TITL) yang harus melayani praktikum 30-36 siswa dalam
1 kelas dan juga harus berfungsi ganda menjadi teknisi dan laboran. Bisa
dibayangkan begitu repotnya saya dengan situasi seperti ini kalau tidak
melakukan inovasi untuk meringankan beban kerja yang berlipat ganda dengan usia
yang tidak muda lagi menjelang 50 tahun.Inovasi yang saya lakukan sebenarnya
sangat sederhana tetapi membawa dampak positif yang besar bagi keberlangsungan
praktik siswa di kelas yang saya ajar. Penerapan box alat swalayan ini juga
saya imbaskan ke sesama teman sejawat untuk membantu mereka.
Model Penerapan Box Alat Swalayan:
Model penerapannya adalah di tiap
penutup kotak peralatan sudah dilengkapi dengan daftar isi kotak yang
kondisinya semua baik dan layak pakai. Guru hanya menyediakan 1 box alat untuk
setiap siswa di meja alat, selanjutnya siswa secara bergantian akan memeriksa
keadaan alat baik kondisi maupun jumlahnya sesua daftar alat dan tidak
memerlukan lagi format Bon Alat seperti praktik terdahulu. Apabila kondisi dan
jumlah alat sesuai, maka siswa akan menerima box alat untuk lanjut praktik.
Jika ada salah satu alat yang rusak
atau kurang, maka siswa tidak akan berani menerima karena konsekuensinya akan
mengganti dengan alat baru jika ketahuan dalam boxnya ada yang kurang atau
rusak. Siswa berhak meminta ganti atau tambahan alat sebelum lanjut praktik.
Demikian pula jika siswa sudah selesai praktik, maka mereka harus mengecek lagi
jumlah dan kondisi alat yang telah dipinjam. Jika kondisi dan jumlah sidah
sesuai maka akan diterima kembali oleh guru.
Pada saat pengembalian alat ini
ditumbuhkan kejujuran siswa untuk bisa mengakui dan menjelaskan keadaan alat
yang sesungguhnya pada box alat yang ia pertanggungjawabkan. Jika memang ada
yang hilang atau rusak maka sebagai konsekuensinya siswa tersebut harus
bertanggung jawab untuk memperbaiki bahkan menggantinya sesuai dengan
spesifikasi peralatan. Jika saat pengembalian tidak ditanamkan budaya disiplin
untuk mengantri, maka akan sulit dipantau mana siswa yang bertanggung jawab
atas kerusakan dan kehilangan tersebut.
Selama pelaksanaan praktikum siswa
wajib menjaga ketengangan praktik dengan tidak saling mengganggu/ mencolek
teman, mengambil alat teman, dan bersenda gurau. Mereka akan terlatih fokus
pada benda kerja di hadapannya masing-masing. Tempat bertanya mereka adalah
guru pembimbing praktiknya. Jika praktik sudah selesai, maka setiap siswa wajib
mengembalikan benda kerja ke tempat semula, membersihkan area kerja dan
membuang sampah pada tempatnya. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
tetap jadi prioritas utama dalam pelaksanaan praktik.
Dengan inovasi sederhana ini ada
beberapa kekurangan yang bisa teratasi diantaranya:
- Tidak memerlukan format bon alat
lagi, yang ada tinggal bon bahan praktik.
- Ketidaktersediaan tenaga laboran
dapat diatasi dengan adanya box alat yang melayani sendiri.
Nilai karakter yang muncul akibat
pembiasaan dan keteladanan penggunaan box alat swalayan:
- Tanggung Jawab : siswa
masing-masing akan bertanggung jawab penuh terhadap kondisi alat
praktik yang dipinjam, jika ada kerusakan maka konsekuensinya memperbaiki
atau mengganti dengan alat baru.
- Jujur : siswa akan terbiasa jujur
melaporkan keadaan alat yang dipinjam walaupun tidak ada pengawasan
melekat karena box alatnya gampang dipantau oleh guru.
- Disiplin : siswa terbiasa antri
mengambil dan mengembalikan alat, menjaga ketertiban praktik, dan
membersihkan area kerja.
Untuk video lengkapnya silakan diklik
tautan video praktik baiknya di link berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar